Disdik Depok Gerakkan 1200 Guru PAUD Untuk Wujudkan Zero New Stunting

 

Depok | ” Hari ini Disdik Kota Depok sosialisasikan peduli zero new stunting, hal tersebut adalah program pemerintah pusat yang turun kedaerah dalam penanganan stunting,”ungkap Sekdis Kota Depok Sutarno.SE.MM.pada media di ruangannya, Kamis (27/7/2023) usai menghadiri sosialisasi Stunting di lt.10 Gedung Baleka.

Apa peran Disdik serta kaitannya ? Dirinya mengatakan,” bahwa salah satunya ialah kita sosialisasikan, kita gerakkan 1200 guru PAUD atau Kepala-kepala Ormed ( sekelompok lembaga -lembaga PAUD) dalam program Disdik berperan aktif dalam rangka penanganan zero new stunting.
Melalui sosialisasi isi dan programnya dari Disdik , yang narasumbernya berkolaborasi dengan dinas Kesehatan,”ujarnya

Penanganan stunting memang benar-benar mau di Nol kan, namun untuk actionnya nanti kami kabari,”jelas Sutarno.

Terkait PPDB SMPN, diterangkannya, saya mendapatkan data bahwa siswa lulusan SD di Kota Depok ada sejumlah 34 ribu siswa, sementara daya tampung untuk sekolah SMP Negeri di Kota Depok hanya sejumlah 13 ribu, kemanakah sisa siswa yang berjumlah 21 ribu tersebut?

“Berdasarkan data yang kami terima, bahwa siswa lulusan SD yang akan melanjutkan ke tingkat SMP itu ada 34 ribu, sementara daya tampung SMP Negeri di Kota Depok hanya bisa menampung 13 ribu siswa, maka selisih 21 ribu siswa tersebut dipastikan harus masuk SMP swasta atau sekolah satuan lain,”terangnya.

” Untuk mengatasi kebutuhan warga Depok, maka kita akan mempercepat program Pemerintah dengan akan membuka sekolah SMP Negeri. Kedepan kita akan membuka SMPN 35 di Tapos dengan memakai gedung sekolah SDN 1 Tapos yang dimerger, dan selanjutnya , untuk SMPN 15 sarana prasarana akan kami perluas dengan memakai gedung SDN Mekarsari,”paparnya.

Bagaimanakah dengan siswa berkebutuhan khusus? Untuk siswa inklusi, Sutarno menjelaskan,”ada 11 sekolah dasar (SDN) menerima siswa berkebutuhan khusus,itu artinya satu sekolah ditiap kecamatan. Bila untuk SMPN terbagi menjadi tiga bagian, Barat, Timur dan Tengah, bila di Barat SMPN 18, Timur SMPN 8, Tengah SMPN 19.Artinya kita bisa menampung anak-anak berkebutuhan khusus, namun dengan berjalannya waktu bila penyebabnya bertambah,kami juga akan menambah,”, imbuhnya.

“Anak inklusi itu pengajarannya tidak sama dengan reguler,punya keilmuan sendiri, perasaannya sensitif halus,kita selektif kearah sana.Kalau nanti memang sudah,tema kedalamnya,ada namanya , kita mengajak seluruh siswa, guru atau siapapun muridnya, Orangtuanya harus menganggap ini normal.

“Kita mencoba anak istimewa tidak lain.Memberi motivasi pada anak istimewa, otomatis dia bisa mensejajarkan dengan siswa reguler dan berangsur-angsur, ini ada yang bisa , ada yang sulit tapi kita terus berbuat untuk kebaikan,”,, tutupnya.

  • (ish)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *