Kisah Inspiratif Kepsek SMPN 17 Depok

Kepala sekolah SMPN 17 Totong Herdiman menyapa para siswanya,saat usia pelajaran sekolah,Rabu (7/12/2022).

Depok- kejarnews.com

Ketika media mengunjungi SMPN 17 Depok, terlihat seorang pria berpostur tinggi sedang memantau keadaan lingkungan sekolah sembari memungut sampah plastik, dan beberapa saat kemudian semua siswa sudah keluar dari kelas masing-masing hendak pulang bertanda kegiatan PAS hari itu usai.

Seketika siswa melihat Kepala sekolahnya di halaman sekolah, berbondong-bondong mereka menyalami Kepala Sekolahnya, seraya Kepala Sekolah mengatakan, ” langsung pulang ya nak,” ucapnya. Inilah sosok Kepala Sekolah SMPN 17 Depok, Totong Herdiman dibalik sosoknya yang humble dekat pada anak-anak, ternyata dia adalah orang tua hebat yang membesarkan anak spesialnya hingga sukses.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan keterbatasan fisik, psikis maupun kemampuan otak yang berbeda, sejatinya memiliki potensi. Hanya saja, cara mengasahnya memerlukan usaha yang tak biasa.

Totong Herdiman menceritakan kisahnya dalam memiliki, merawat, membesarkan putranya yang berkebutuhan khusus, hingga putranya Muhammad Dzakwan Hermawan lulus D3 Universitas Indonesia dengan nilai IPK caumlaud 3,6 Fakultas Ekonomi Manajemen Pemasaran dan saat ini sudah mempunyai usaha sendiri dalam bidang desain, sungguh hal yang sangat membahagiakan baginya.

Ketika punya anak inklusi awalnya terbebani, seolah itu PR / tugas berat kedepan, kalau kita ikhlas menerima, Ikhlas dulu, anak inklusi itu anak surga semua, ketika sianak berhasil kalau ada prestasi apapun itu kita hargai, jangan menolak jangan jadi beban, blom tentu orang normal jg semua berhasil mencapai yg diinginkan kalau salah mendidik, pantang menyerah, dijelaskan Totong.

” Saya dikenal di Depok malah dengan sebutan ayahnya Dzakwan, yg dikenal malah Dzakwannya bukan lagi nama saya yang dipanggil ,”ujarnya , Rabu (7/12/2022) dilobi sekolah.

Untuk bakat anak jangan melihat kekurangan, cari kelebihannya. Kelebihan yg sedikit itu akan menutupi kekurangannya, Anak butuh pengakuan, rangkulan makanya sosilisai dengan lingkungan, jangan merasa terhina karena punya anak inklusi , kadang orangtua memvonis diri malu sama tetangga.

“Kita tidak perlu minta dikasihani sama orang, ga ada untungnya, akui terima dan ikhlas dan jangan mengeluh, utk triknya ada pada masing-masing. Anak itu seperti hidup di dunia kaca ingin menyampaikan sesuatu seperti ada penghalang,” katanya.

Ketika orangtua melihat bakat sianak, yang terbaik buat anak, kalau anak kita peluk, rangkul, beri kasih sayang pasti anak akan mengubah hidupnya.Pertanggungjawaban dunia akhirat, ada yg dikorbankan demi anak karena ada yg dituju.. Mendidik anak orang aja bisa sukses ,kenapa anak kita tidak ! Intinya kasih sayang,”tutupnya.

Red/rohana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *