Depok | Dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada tanggal 16 November , Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI), SETARAInstitute, Yayasan LBH Indonesia (YLBHI), Yayasan Satu Keadilan (YSK), FKUB Jateng, Pelita Semarang, Generasi Muda FKUB (GEMA FKUB), dan FKUB Depok, melakukan seminar yang berlokasi di Mesjid Al-Hidayah Ahmadiyah Sawangan Kita Depok,Selasa (29/11/2022).
dengan tema:‘’Inklusi Sebagai Titik Temu Dalam Menjaga Keberagaman Indonesia’’
“Kegiatan peringatan Hari Toleransi Internasional ini diharapkan akan menjadi titik temu para tokoh muda dari GEMA FKUB Semarang, FKUB Depok, PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia, YSK, SETARA Institute, Pelita Semarang dan Lembaga lainnya yang mempunyai konsep dalam membangun bagaimana toleransi ini dapat dibangun secara bersama melalui gerak inklusi dari semua kalangan,”ungkap ketua penyelenggara PB JAI Kandali Achmad Lubis.
Dirinya juga mengatakan, kita tahu Setara Institut menerangkan bahwa Pemkot Depok dijuluki kota intoleran, masih banyak kelemahan pemerintah yang harus diperbaiki yaitu dari sikap-sikap pendekatan keterbukaan seperti itulah.
“Dalam kegiatan seminar ini,kami sudah membuka diri.Dalam segel menyegel kegiatan JAI, kami bingung, kenapa beliau melakukan hal tersebut.Biasanya yang disegel bangunan, iya..kan ? Tapi yang disegel ini adalah kegiatan Ahmadiyah,”tuturnya.
“Kami berharap pemerintah kota Depok, membuka penyegelan itu.Terbukalah dengan perbedaan itu,”harapnya.
Ketua FKUB Prop.Jawa Tengah KH.Taslim Syahlan saat ditemui media menyampaikan,”saya kira negara harus fair, bahwa kawan-kawan JAI itu bukan gerombolan jamaah yang merugikan negara,namun mereka sangat membantu relasi-relasi kemasyarakatan, khususnya dalam hal keagamaan,”ungkapnya.
“Tidak ada yang menyimpang,kami memberikan support bahwa mereka sangat clear dalam membangun kerukunan umat beragama di Indonesia.Negara harus mengayomi semua.”FKUB mengayomi semua golongan,tidak boleh men-stigma ini sesat,ini tidak benar dan sebagainya kembali kepada keyakinan masing-masing,”paparnya.
Ditambahkannya,Bila dibandingkan dengan Jawa Tengah, sangat jauh sekali.Jawa Tengah clear.Pemerintah Propinsi kami jelaskan,bahwa Ahmadiyah itu ialah warga muslim yang taat.Kakanwil Kementrian Agama Jateng sangat menerima JAI dengan baik,”jelasnya.
Sekjen FKUB Depok,Ir.H.Luthfianto juga mengatakan,”kegiatan ini merupakan satu perekatan emosi untuk persatuan dan kesatuan, terutama dalam keberagaman,lepas dalam keyakinan masing-masing , dalam hal ini pemerintah sebagai representasi dari pada negara itu supaya hadir,”imbuhnya.
“Kawan -kawan Ahmadiyah itu punya hak konstitusi yang sama dengan lainnya, jangan mereka dikucilkan, nanti akan terjadi perselisihan,hal ini perlu ditegaskan bahwa regulator di kota Depok ini,agar memahami betul-betul betapa pentingnya persatuan dan kesatuan,”tuturnya.
“Mengenai pendidikan di SDN Pondok Cina,ini ada diskriminasi dalam kebijakan,ini yang kami sesalkan.Rekomendasi dari kami, itu saya ditodong sekitar bulan Oktober,yang datang Kesbangpol,saya diminta untuk mengeluarkan Rekomendasi hanya membawa surat dari tata ruang dan pemukiman, disebutkannya tiga hari lagi mau ditender,”paparnya.
“Ini kalau aturan dari PBM ( Peraturan Bersama dua, Menteri), 90 dan 60 KTP, diketahui RT/RW, Lurah dan Camat.Ini siapa yang bertanggung jawab pak ? Itu saya tanyakan , namun jawaban sesukanya.
“Akhirnya saya keluarkan Rekom tanpa melihat aturan PBM ( peraturan bersama dua menteri) dampaknya akhirnya begini.Kami disudutkan, dipojokkan untuk mengeluarkan Rekomendasi itu, untuk mereka melakukan itu.Ini contoh yang kurang baik, kita hanya membuat rekomendasi,mereka tekan kami dengan kekuasaan,”jelasnya H.Ir.Lutfianto.
Hadir dalam seminar tersebut 52 Ketua Organisasi serta puluhan para undangan.
Red/ish