Wamendag Optimis Sektor Dagang Indonesia Tetap Unggul di Era Trump

Jakarta. | “Kemenangan Trump membawa implikasi signifikan bagi perdagangan global, terutama melalui kebijakannya yang berpotensi mengubah lanskap hubungan dagang internasional. Di tengah dinamika ini, Indonesia tidak hanya berupaya beradaptasi, tetapi juga mengambil langkah proaktif dengan memaksimalkan perjanjian dagang strategis,” ungkap Dyah Roro Esti Widya Putri, B.A., M.Sc., Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, dalam kuliah umum Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina (UPER) pada Kamis, 14 November 2024, demikian disampaikan Humas Universitas Pertamina Alyza kepada media, Kamis (20/11/24).

Menurut Data Kementerian Perdagangan (2023), Indonesia telah membukukan 17 kerja sama perdagangan baik secara bilateral maupun di lingkup ASEAN. Serta pada tahun 2025, direncanakan Indonesia akan memiliki 11 prioritas perundingan dagang, yang mana Indonesia berperan aktif dalam perdagangan internasional dengan multi-track strategy untuk meningkatkan nilai ekspor dan memberikan insentif bagi pelaku ekonomi nasional.

Dalam kuliah umum bertajuk “Memahami Visi Pemerintahan Baru dalam Isu Perdagangan Global,” Roro menegaskan bahwa terdapat tiga langkah strategis yang perlu dilakukan untuk menghadapi dinamika perdagangan internasional. Langkah tersebut meliputi perluasan diversifikasi ekspor ke pasar non-tradisional, pengembangan potensi UMKM sebagai motor penggerak utama ekonomi nasional, serta mengamankan pasar dalam negeri untuk melindungi produk lokal dari tekanan impor. Strategi ini, menurutnya, akan menjadi fondasi penting bagi penguatan daya saing Indonesia di kancah global.

“Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini secara konsisten, kami berharap target pertumbuhan ekonomi hingga 8% dapat tercapai, dengan kontribusi signifikan yang berasal dari sektor perdagangan. Kami yakin bahwa strategi ini tidak hanya akan menjaga stabilitas ekonomi nasional, tetapi juga memperkuat daya saing Indonesia di pasar global,” ujar Roro.

Saat ini, berdasarkan data BPS, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 21,98 miliar USD pada periode Januari hingga September 2024. Surplus ini didorong oleh peningkatan ekspor, yang tercatat tumbuh 0,32% dibandingkan periode yang sama tahun 2023, dengan pertumbuhan yang stabil sebesar 0,39% sejak awal tahun.

Kinerja ekspor terutama ditopang oleh sektor komoditas lemak dan minyak hewani/nabati, yang mencatat lonjakan signifikan sebesar 52,67%. Capaian ini jauh melampaui pertumbuhan ekspor migas, yang hanya meningkat sebesar 10,35% dalam periode yang sama.

Sementara itu, Dr. Ian Montratama, pakar geopolitik sekaligus dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina (UPER), menggarisbawahi potensi risiko dari kebijakan Presiden Trump terhadap Indonesia.

“Dalam percakapan telepon dengan Pak Prabowo, Trump berjanji akan mengunjungi Indonesia. Ini menunjukkan bahwa dia kemungkinan besar sudah memahami posisi perdagangan Indonesia yang mencatat surplus. Sebagai seorang kapitalis yang berfokus pada kepentingan ekonomi negaranya, Trump kemungkinan besar akan menyoroti situasi di mana negara lain memperoleh keuntungan signifikan, terutama jika dianggap berpotensi merugikan Amerika Serikat. Hal ini menjadi pengingat bagi Indonesia untuk terus memperkuat strategi perdagangan agar tetap kompetitif di kancah internasional,” ungkap Dr. Ian.

Menurut Dr. Ian, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, seperti cadangan mineral strategis dan keanekaragaman hayati, serta populasi muda yang produktif, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan posisi tawarnya di kancah internasional tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini juga akan memperkuat peran Indonesia dalam organisasi internasional seperti ASEAN, G20, dan forum multilateral lainnya. Sehingga mampu menjadi katalisator perubahan positif di antara negara-negara berkembang.

Sebagai universitas yang mempersiapkan pemimpin global, kegiatan kuliah umum menjadi salah satu cara untuk memperluas pembelajaran di kelas. Selain itu, UPER melibatkan dosen ahli dan praktisi dalam kegiatan belajar, sehingga mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang penerapan ilmu secara nyata.

Sebagai informasi, saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang untuk berkuliah di UPER. Bagi calon mahasiswa yang tertarik, dapat mengakses informasi selengkapnya melalui https://pmb.universitaspertamina.ac.id/
(ish)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *