Rissa Sebagai Inspirasi Untuk Banyak Orang, UPER Memberi Arti Masa Depan

Rissa Rahmatika wisudawan terbaik angkatan ke-12 Universitas Pertamina menyampaikan orasi.

KEJARNEWS.COM, Jakarta. | Di sebuah rumah sederhana, seorang buruh bangunan dan penjahit rumahan menatap layar ponsel mereka dengan mata berkaca. Di layar itu, anak perempuan mereka—Rissa Rahmatika Nurilhidayat—berdiri di panggung wisuda, mengenakan toga, menerima penghargaan sebagai Wisudawan Terbaik Universitas Pertamina, demikian disampaikan Humas Universitas Pertamina Alyza kepada media, Jumat (30/5/25).

Rektor Universitas Pertamina Prof.Wawan Kadir membuka sidang terbuka wisuda ke -12.

Bagi keluarga Rissa, hari itu bukan hanya tentang gelar sarjana. Itu adalah puncak dari doa-doa diam-diam, kerja keras tanpa pamrih, dan mimpi yang disemai dari ladang-ladang sempit yang mengelilingi kampung kecil mereka di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

“Pendidikan adalah gerbang awal untuk meningkatkan kualitas hidup. Saya ingin mengubah keadaan keluarga melalui kesempatan ini,” ujar Rissa dengan suara lirih usai wisuda, 27 Mei 2025.

Ayahnya hanya lulusan SMA, bekerja dari pagi hingga senja memikul semen dan besi. Ibunya tamatan SD, yang tekun menjahit berbagai pesanan baju untuk membantu mencukupi kebutuhan. Namun dari keduanya, Rissa belajar tentang keteguhan—dan bahwa cinta tidak selalu datang dalam bentuk kemewahan, melainkan dalam bentuk keyakinan diam-diam bahwa anak mereka bisa punya hidup yang lebih baik.

*Tumbuh dari Pinggiran, Bertahan dalam Badai*
Tak mudah bagi Rissa menembus dunia akademik. Kampung halamannya tidak punya akses pendidikan tinggi yang memadai, apalagi fasilitas pendukung seperti laboratorium atau koneksi internet stabil. Namun itu tak menghentikannya untuk terus mengejar informasi beasiswa, hingga akhirnya ia mendapatkan Beasiswa Undangan Universitas Pertamina, yang menanggung penuh biaya pendidikannya di Jakarta.

Tantangan baru muncul saat pandemi Covid-19 memaksa semua pembelajaran dilakukan secara daring. “Saya bahkan tidak begitu memahami cara menggunakan sistem pembelajaran daring di kampus saat itu,” kenangnya. Tapi Rissa tak menyerah. Ia belajar dari teman, mencoba satu per satu, dan perlahan mulai menguasai sistem perkuliahan digital.

“Dua tahun pertama kuliah daring sangat penuh tantangan. Tapi saya percaya, asal ada kemauan, pasti ada jalan.”
Sebagai anak rantau yang sangat dekat dengan kedua orang tua, rasa rindu menjadi ujian tersendiri. Setiap malam, Rissa rutin menelepon ayah dan ibunya—bukan hanya untuk mengobrol, tapi juga untuk bertukar semangat.

“Orang tua saya tidak pernah memutus telepon lebih dulu. Mereka selalu mendengarkan cerita saya, memberi semangat, dan berkata bahwa saya pasti bisa.”

*Gelar yang Tak Sekadar Akademik*
Dengan IPK 3,71, Rissa yang merupakan lulusan Teknik Geologi ini tidak hanya menyelesaikan kuliah, tetapi juga aktif berkontribusi di berbagai bidang. Ia aktif menjadi koordinator di Laboratorium Geologi Struktur dan turut menjadi asisten penelitian lapangan. Selain itu, Rissa juga terlibat dalam berbagai penelitian, seperti studi fenomena Gunung Lumpur Kesongo dan penelitian Sesar Cimandiri serta Cugeneng. Kini, dengan segala pengalamannya semasa kuliah, Rissa bermimpi berkarir sebagai geolog di industri minyak dan gas, atau berkontribusi dalam pengembangan geothermal dan mineral. Ia juga terbuka untuk berperan dalam bidang sosial, misalnya menjadi penyuluh mitigasi bencana di daerah-daerah rawan, sebagai bentuk pengabdian dan kontribusi nyata bagi masyarakat.

“Gelar ini adalah hadiah untuk orang tua saya. Bukan karena saya pintar, tapi karena mereka tak pernah lelah percaya saya bisa sampai di titik ini.”

*Mewakili Suara yang Lebih Luas*
Nama Rissa tercatat sebagai satu dari enam wisudawan terbaik yang mendapat penghargaan di hari itu. Bersama Muhammad Fajri (Teknik Mesin), Rachel Arielle Sibarani (Ekonomi), Siska Dwi Wahyuni (Teknik Lingkungan), Muhammad Fadlilah Divy Isdarwanto (Ilmu Komputer), dan Malika Nurul Janah (Hubungan Internasional), mereka mewakili cerita dari berbagai sudut: tentang kerja keras, ketekunan, dan harapan yang tumbuh dalam kondisi yang tidak selalu ideal.

Kisah Rissa adalah satu dari banyak cerita yang tumbuh di ruang-ruang Universitas Pertamina—tempat di mana anak-anak dari berbagai penjuru negeri, dengan latar belakang yang tak selalu mudah, dipersilakan untuk bermimpi setinggi-tingginya.

Dari ruang kelas hingga lapangan praktik, dari beasiswa hingga dukungan emosional, Universitas Pertamina hadir bukan hanya sebagai tempat belajar, tapi sebagai ruang aman untuk tumbuh dan bertumbuh—bersama harapan yang sederhana namun kuat: memperbaiki hidup, memperluas peluang, dan memberi arti baru pada kata “masa depan”.

(ish)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *