Depok | Diskusi Publik tentang Kerukunan Umat Beragama di gelar Badan Sosial Lintas Agama (BASOLIA) di Rumah Toleransi Sekretariat Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Anshor Depok, Ruko CBS No, 4 Mampang, Pancoran mas, Rabu, (19/4/2023).
“Data Basolia Kota Depok masih diposisi toleran terendah kedua Kota se-Indonesia. Perihal tersebut kita tidak boleh berhenti, terus berupaya dalam rangka mewujudkan Kerukunan umat beragama, kita selalu akan menggalakan kegiatan seperti ini terus setiap tahun, baik itu didukung dari sosialitas dan komunitas lainnya, dan ini murni umat inisiasi. Kami didukung oleh majelis – majelis enam agama, untuk itu, Rumah Toleransi ini lah tempat kita berkumpul,” ungkap Nasihun Ketua Basolia Kota Depok.
Terkait intoleransi, Yendra Budiana dari Jemaat Ahmadiyah mengataksn bahwa kegiatan ini sama seperti tuan rumah GP Anshor adalah kelompok masyarakat yang mencintai kota Depok. Saat ini kita ingin bahagian dari solusi atas apa yang di rilis oleh penelitian dari Setara institut bahwa kota Depok merupakan kota yang ada di peringkat kedua terbawah,”tuturnya.
“Jadi kita ini bukan kelompok yang mencari masalah, tapi bagian dari koalisi yang mencintai kota Depok diantaranya Ahmadiyah, karena salah satu kriterianya adalah kebijakan pemerintah yang sudah belasan tahun melakukan penyegelan atas kegiatan Ahmadiyah.Berkali-kali saya bilang ada sesuatu yang unik dan lucu, karena tidak ada penyegelan terhadap kegiatan tetapi penyegelan itu adalah terhadap bangunan, dan sampai saat ini pemerintah kota Depok tidak pernah menjelaskan kenapa di segel,”ungkapnya.
“Mari kita berkolaborasi bersama sama dan kita harapkan pemerintah Kota Depok menjadi Kota yang lebih rukun, damai, maju tentunya untuk kebaikan semua warga,”imbuhnya.
Yendra Budiana juga menjelaskan, ini alih – alih menyangkal apa yang telah di rilis setara institusi organisasi yang valid dari Kemendagri, maka Depok lebih baik mencontoh apa yang dilakukan oleh kota Bekasi, karena peringkat Kerukunan umat beragama cukup baik, juga kota – kota yang lain, mereka menghadirkan lapisan masyarakat agar mencerminkan kota yang ramah, berbudaya, kota yang damai dan religius,”tegasnya.
Ketua Ikatan Sarjana Katholik Indonesia Darius Leka mengatakan,”Berkaitan dengan intoleransi , indeks di kota Depok kita sepakat untuk terus mendorong pemerintah Kota Depok berkolaborasi dengan elemen masyarakat, sehingga nilai yang di sorot publik, Depok Kota Intoleran semakin hari semakin hilang dari wilayah Kota Depok,”ungkapnya.
Ketua PGI-S Kota Depok Romi S Palit yang di dampingi Sekum PGI-S Mangaranap Sinaga SE.MH mengatakan, Kota Depok ini penduduknya beragam suku, budaya dan agamanya, tentu kemajemukan ini seutuhnya harus terjaga dengan baik. Realitas atau keniscayaan ini dilihat juga oleh pemerintah, sehingga pemerintah itu hadir menjadi bapak untuk semua,”ungkap Ranap.
Oleh karena itu, kesimpulan dari diskusi ini, kami bersepakat mendukung pemerintah mewujudkan Depok sebagai kota yang Toleran.
Dirinya juga menyampaikan kepada anggota DPRD Kota Depok, buka mata, telinga buka kebijakan yang disusunnya, biarlah kebijakan itu meliputi semua dengan realitas yang disampaikan dalam diskusi . Terkait keberagaman yang ada serta mendukung program kerukunan umat beragama dan toleransi undang seluruh majelis agama, dalam menyusun program bagaimana Depok sebagai kota Toleran, kami siap soal hal itu, dan kami menunggu undangan nya tanpa di pecah – pecah,”imbuhnya.
Usai dialog Toleran panitia memberikan 100 paket sembako untuk dibagikan kepada anak yatim dan kaum dhuafa.
(ish-des)