Depok | Komisi Pendidikan Agama Kristen ( PAK) PGI-S Kota Depok memberikan Pembekalan dan Penyegaran kepada Aktivis Gereja anggota PGI-S Depok dalam penyelenggaraan Pendidikan Agama Kristen di Gereja, yang digelar selama 2 hari, tanggal 10 dan 17 September 2022 yang dibuka oleh ketua Umum PGI-S Pdt. Romy S. Pallit , berlokasi di aula gedung Gereja BNKP, Pancoran Mas Depok.
Kegiatan ini menghadirkan 4 narasumber diantaranya, Agus Purwanto M.Pd, Ranto Tampubolon S.Th M. Pdk, Epraim Sembiring M.Th, Silvya Mutiara Sitorus S.Th, mengusung tema ” Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran PAK di Gereja” yang diikuti oleh 75 peserta aktivis Gereja-gereja di Kota Depok.
Disela kegiatan, ketika ditemui media, Ketua Komisi PAK PGI-S , Agus Purwanto M.Pd menerangkan bahwa di hari pertama diawali dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pdt. Linda dan di hari pertama ini ada 2 sesi, disesi ke-1 yang menjadi pembicaranya Ranto Tampubolon dari Kemenag Pengawas Pendidikan Agama Kristen yang mau terlibat di Komisi PAK PGIS dengan materi yang dibawakan “Bagaimana menjadi seorang guru” dikarenakan memang latar belakang para aktivis Gereja ini kebanyakan lulusan sarjana ekonomi, akuntan, informatika dan lainnya sementara lulusan theologi atau PAK paling sekitar 20 persen.
“Sesi ke-2 dibawakan oleh Epraim Sembiring yang juga seorang guru SMAN 97 di Jakarta sekaligus Wakil Ketua Komisi PAK dengan materi Kurikulum Gereja dan Sekolah. Di hari ke-2 juga ada 2 sesi, sesi pertama dibawakan oleh Silvya dengan materi Administrasi guru, sesi ke-2 materi Penilaian PAK yang disampaikan oleh dirinya sendiri,”paparnya.
” Latar belakang diadakannya kegiatan ini dikarenakan saya terenyuh ketika ada laporan dari jemaat, ada seorang anak tinggal kelas karena nilai agama Kristen nya tidak ada, padahal anak tersebut pintar, dari situ saya melihat ada apa ini, di sekolah tersebut juga tidak ada guru agama Kristen, sementara ketika diminta nilai dari Gereja, ternyata pihak Gerejapun tidak memberi dikarenakan memang keluarga ini tidak pernah ke Gereja, anaknya juga tidak pernah ke Gereja dari situlah saya berfikir kita harus turun, bagaimana agar hal seperti itu Gereja memfasilitasi, di Gereja itu juga bukan hanya sekolah minggu namun ada kurikulum sekolah juga, ada sinkronisasi,”paparnya.
” Masih banyak tugas Komisi PAK , dimana hasil survei tim ke sekolah , masih banyak guru PAK yang belum ada pengajar.Diharapkan dengan diadakannya kegiatan ini berharap agar seluruh peserta aktifis Gereja yang sudah mengikuti pembekalan ini bisa langsung melaporkan kepada majelis ataupun Gembala Gereja untuk mengambil kesempatan ini kita perhatikan anak kita, Pendidikan Agama Kristen tidak harus di sekolah namun bisa diadakan di Gereja dan kemungkinan kedepan kantor PGIS juga bisa dipakai untuk kegiatan PAK, dengan dibuatkan jadwalnya, sehingga kedepannya anak-anak kita yang agama kristen di sekolah tidak ada yang namanya tidak mempunyai nilai agama Kristen, tidak ada istilah kita ditolak karena semua sudah sesuai dengan aturan yang ada dan sesuai dengan kurikulum dari Dinas Pendidikan,” pungkasnya.
Saat ditemui guru PAK SDN BhaktiJaya 4 Kecamatan Sukmajaya Depok Pahala Saragih.M.Pd mengatakan,”Kami para relawan guru PAK mengajar disekolah negeri di Depok ini, tanpa gaji,cuma karena hati panggilan saja kami melakukan,”ungkapnya.
“Untuk memberikan nilai PAK kesiswa,kami berpatokan dengan kehadiran, keaktifan,rajin dan kreatif.Setiap sekolah KKMnya berbeda,kami memberikan nilai PAK secara obyektif.Kami berharap peran orang tua,agar memperhatikan kami relawan guru agama PAK ini,sebab kami mengajar tanpa gaji, kalaupun ada yang didapat ,itu dari pihak gereja yang memberikan pada kami,yang mengutus kami,”jelasnya.
Di kesempatan yang sama Wakil Ketua Komisi PAK Efraim Sembiring,M.Th menjelaskan,”Bahwa sekolah saat ini memakai kurikulum thn 2013, Kurikulum Darurat dan Kurikulum Merdeka.,sekolah bisa menyesuaikan pakai kurikulum merdeka belajar.Dimasa covid, keluar kurikulum darurat,setelah itu keluar kurikulum merdeka, artinya diberi kebebasan pada sekolah,guru dan siswa untuk menyelamatkan pendidikan itu, jangan sampai kolep, dikarenakan pandemi covid,”paparnya.
Ditambahkannya, bahwa kurikulum merdeka itu membedakan jumlah jam pelajaran.Kurikulum 2013 jumlah jamnya, perminggu, perbulan dan sedangkan kurikulum merdeka itu, hitungannya pertahun,”jelasnya.
Red/ish-rh