Jakarta | SETARA Institute merilis laporan Indeks Kota Toleran (IKT) tahun 2022.Kota Singkawang kembali dinilai menjadi kota paling toleran, diurut ke-2 Salatiga , ke-3 Bekasi dan menerima penghargaan dari Setara Institut, sedangkan Kota Depok nominasi diurut ke-93 dari 94 Kota, Kamis (6/4/2023) bertempat di Hotel Sahid Jaya Jakarta Pusat.
Dari 94 Kota yang menjadi obyek kajian, terdapat 10 kota yang meraih skor toleransi paling tinggi.Sebagai informasi, Indeks Kota Toleran 2022 merupakan laporan keenam SETARA Institute sejak tahun 2015, 2017, 2018, 2020 dan 2021.Acara Peluncuran Hasil Riset Indeks Kota Toleran dan Pemberian Penghargaan Kepada 10 Kota dengan Skor Toleransi Tertinggi, dihadiri oleh para Wali Kota dan Wakil Walikota Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Ekonomi dan Pembangunan La Ode Ahmad.
Dalam penelitian Setara Institut, menyampaikan , Setara Institut menetapkan empat variabel dengan 8 indikator. Adapun variabel yang dipakai antara lain, regulasi pemerintah, regulasi sosial, tindakan pemerintah dan demografi sosio keagamaan.
Hasilnya, Kota Singkawang, Kalimantan Barat kembali menjadi kota paling toleran di Indonesia versi SETARA Institute dengan skor 6,583. Pada tahun 2021, Singkawang juga menempati posisi pertama kota paling toleran dengan skor 6,483.
Adapun 10 kota paling toleran di Indonesia versi SETARA dan untuk diketahui, riset ini dilakukan selama 1 tahun untuk menilai 10 peringkat tertinggi IKT 2022.
- Singkawang, Kalimantan Barat dengan skor akhir 6,583
- Salatiga, Jawa Tengah dengan skor akhir 6,417
- Bekasi, Jawa Barat dengan skor akhir 6,080
- Surakarta, Jawa Tengah dengan skor akhir 5,883
- Kediri, Jawa Timur dengan skor akhir 5,850
- Sukabumi, Jawa Barat dengan skor akhir 5,810
- Semarang, Jawa Tengah dengan skor akhir 5,783
- Manado, Sulawesi Utara dengan skor akhir 5,767
- Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan skor akhir 5,687
- Magelang, Jawa Tengah dengan skor akhir 5,670
Direktur Setara Institute Ismail Hasani mengatakan, ia optimis IKT mampu memberikan dampak dalam memajukan tingkat toleransi di Indonesia.
“Harus kami akui IKT ini berdampak di Indonesia, Bila toleransi di kota (94 kota di Indonesia) ini kita benahi maka 60-70 persen persoalan di Indonesia bisa terselesaikan,” ujar Ismail Hasani.
“Tahun ini, Objek kajian IKT adalah 94 kota dari total 98 kota di seluruh Indonesia. 4 kota yang dieliminir merupakan kota-kota administrasi di DKI Jakarta yang digabungkan menjadi 1 (satu) DKI Jakarta.
“IKT ditujukan untuk memberikan baseline dan status kinerja pemerintah kota dalam mengelola kerukunan, toleransi, wawasan kebangsaan dan inklusi sosial. Baseline ini akan menjadi pengetahuan bagi masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak yang ingin mengetahui kondisi toleransi di 94 kota di Indonesia,”jelasnya.
Seorang peserta Sekum PGIS Kota Depok Mangaranap Sinaga,SE.MH saat ditemui media mengatakan,” dalam perjalanan ini setara Institut melakukan penilaian atas 94 kota yang berbasis toleransi dalam perjalanan ini ditemukan bahwa Kota Singkawang menjadi kota yang paling toleran di Indonesia,”ungkapnya.
Program-program pemerintahnya betul-betul mendukung dan membangun toleransi di kota tersebut namun sebagai warga Kota Depok serta yang mewakili masyarakat Depok yang hadir saat ini, cukup sedih bahkan sangat sedih dari 94 kota yang di indeks dalam penelitian secara Institut Depok masih berada di bagian terbawah hanya naik satu level dari kota ke-94 paling rendah toleransinya menjadi kota ke-93 dengan Cilegon ,
“Kenapa Depok bisa menjadi kota toleransi terendah, dimana sebagian orang mengatakan kota paling toleran intoleran artinya toleransi paling rendah jika kita lihat parameter dan hasil penelitian yang dilakukan Setara Institut, kalau memang ditemukan di kota Depok, kepemimpinan Kota Depok lebih mengedepankan identitas agama tertentu terlihat dengan terbitnya kebijakan-kebijakan favorit identitas agama sesuai dengan agama yang dianut oleh pemimpinnya,”tuturnya.
“Kita juga mau melihat bagaimana di kota Depok, pemerintah kota yang tidak mengelola kehidupan kerukunan umat beragama dan toleransi yang pada umumnya juga tidak banyak memberikan ruang perlindungan serta kurang memfasilitasi kebebasan dalam merayakan hari-hari besar agama , pemerintah kota lebih banyak mengorientasikan kebijakan-kebijakannya dengan menggunakan pendekatan pendekatan keagamaan yang dianutnya,coba kita lihat dan di mana pemerintah kota melakukan kegiatan keagamaan yang non muslim ,apakah pemerintah kota pernah memfasilitasi kegiatan peribadatan perayaan hari besar agama untuk non muslim ?
Namun, dirinya menilai sebagai warga Kota Depok dan sebagai pimpinan gereja yang menghadiri launching tersebut merasa cukup sedih bahkan sangat sedih dari 94 kota yang di indeks dalam penelitian Setara Institut, Depok masih berada di bagian terbawah hanya naik satu level dari kota ke-94 paling rendah toleransinya menjadi kota ke-93 dengan Cilegon.
Kepala Kantor Kesbangpol mencampuri urusan penempatan anggota FKUB, yang seharusnya menghormati dan menghargai yurisprudensi yang selama ini sudah berlangsung, hal-hal inilah yang membuat Kota Depok rendah Toleransinya,” ungkap Ranap
Ditambahkannya,solusi memperbaikinya untuk menaikkannya menjadi kota yang berada di jajaran papan tengah harus ada program pemerintah kota yang menunjukkan program kerukunan, program moderasi beragama, program yang melibatkan semua pihak dan itu harus dianggarkan RPJMD juga harus dinampakkan.
“Hal itu menurut saya , catatan kembali dan kembali kita boleh lihat selama 5 tahun terakhir ini kita bermain-main dari 94 kota kabupaten yang dilakukan indeks penelitian , kita berada di nomor 93, 94 sekarang 93, tahun yang lalu 94.
“Bekasi bisa keluar dari masalah ini dari 10 terendah dan sekarang dia bisa menjadi kota nomor 3 yang toleran, Kenapa Depok tidak ? begitu juga Bogor bisa masuk ke papan tengah Kenapa Depok tidak ? Pemerintah kotanya harus diciptakan sistem ,harus diciptakan program dan kami dari PGI mendukung kalau program itu ada, bukan mencampuri namun untuk menjadikan Depok lebih baik dari Bogor,”imbuhnya.
Untuk diketahui, IKT 2022 adalah laporan keenam dari Setara Institute. Penghargaan untuk kota paling toleran di Indonesia ini sudah diselenggarakan sejak tahun 2015 lalu.(ish/rh).