UPER Hadirkan Kuliah Umum Cipta Karsa Gandeng Pakar Media Digital, Soroti Isu Privasi Street Photograpy Berbasis AI

KEJARNEWS. COM, Depok | Perhatian publik kembali tertuju oleh maraknya praktik street photography yang beredar melalui aplikasi berbasis AI, FotoYu. Aplikasi ini secara otomatis mendeteksi wajah seseorang dari berbagai foto yang diambil fotografer jalanan, lalu menampilkannya kepada pengguna sebagai konten yang dapat dibeli. Meski terdengar inovatif, mekanisme ini menimbulkan kegelisahan baru: wajah seseorang, tanpa sepengetahuan atau persetujuan, dapat terjaring sistem, diolah oleh AI, dan diperdagangkan layaknya komoditas digital.

Polemik ini menjadi perdebatan antara kreativitas serta keamanan data biometrik dan hak individu atas identitas mereka sendiri. Biometrics & Digital Privacy Report (2025) menunjukkan bahwa foto wajah dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang dengan akurasi hingga 98 persen, bahkan foto candid tetap mampu mengungkap identitas dengan akurasi mencapai 89 persen.

Melalui Kuliah Umum Cipta Karsa Universitas Pertamina, Ismail Fahmi, Ph.D., Founder PT Media Kernels Indonesia (Drone Emprit) sekaligus pakar analisis media dan kecerdasan buatan menyampaikan urgensi literasi privasi digital di Indonesia—termasuk pemanfaatan data biometrik serta penggunaan AI dalam lingkungan bisnis.

Baca juga:  Top Dosen Universitas Pertamina dengan H- Index Scopus Tertinggi

Dalam pemaparannya, Ismail Fahmi menjelaskan bagaimana perkembangan kecerdasan buatan menciptakan industri baru yang sangat bergantung pada data publik.

“Industri yang mengadopsi AI tercatat tumbuh 3,2 kali lebih cepat. Namun, inovasi ini juga menciptakan risiko baru yaitu masalah privasi. AI tidak hanya sekedar teknologi yang membantu namun kini menjadi partner strategis dalam pengembangan industri yang membutuhkan data dalam jumlah banyak untuk bekerja optimal, sehingga membuka potensi pemanfaatan biometrik yang tidak transparan,” ujar Fahmi.

Lebih lanjut, dalam risetnya melalui Drone Emprit, Fahmi menyoroti fenomena penjualan foto tersebut pada aplikasi FotoYu mendapatkan kekhawatiran publik karena eksploitasi data biometrik. “Ketika wajah seseorang dapat ditangkap, diproses, dan dijual tanpa sepengetahuannya, kita tidak lagi berbicara sekadar soal foto, tetapi soal hak atas identitas. Inilah risiko nyata ketika teknologi berlari lebih cepat dari etika.”

Baca juga:  UPER Dorong Sinergi Akademisi Industri, Tekankan Employability Skill

Dosen Ilmu Komputer sekaligus ahli pada bidang pemrograman, Intan Oktafiani, S.Kom., M.T., menyampaikan bahwa foto wajah di ruang publik kini bukan lagi sekadar dokumentasi visual, tetapi aset biometrik yang memiliki nilai ekonomi dan risiko keamanan.

“Kasus penyalahgunaan foto wajah melalui praktik street photography ini menunjukkan bahwa data biometrik bukan lagi sekadar informasi tambahan, tetapi identitas inti seseorang. Di Ilmu Komputer UPER, kami memiliki kekhususan peminatan Artificial Intelligence, yang membahas tidak hanya belajar menciptakan teknologi namun turut mempelajari sistem keamanan, transparansi, dan persetujuan data. Sebab, tanpa etika digital yang kuat, inovasi justru berpotensi merugikan masyarakat.”

Baca juga:  UPER Hadirkan Urban Farming yang Ramah Lingkungan, Tanam Harapan di Tengah Beton

Sementara itu, Rektor Universitas Pertamina, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir MS., IPU., menegaskan bahwa kegiatan Kuliah Umum Cipta Karsa yang diselenggarakan tersebut tidak hanya menjadi momentum dalam menambah ilmu mahasiswa, namun mahasiswa dapat belajar secara langsung dari para praktisi.

“Cipta Karsa menjadi sebuah bentuk penyelenggaraan pembelajaran yang mempertemukan mahasiswa dengan para praktisi langsung. Sehingga mahasiswa tidak hanya belajar melalui teori, tetapi juga mempelajari langsung bagaimana teknologi diterapkan, dikembangkan hingga dikritisi di dunia nyata. Melalui kuliah umum ini mahasiswa akan mendapatkan perspektif lebih luas mengenai tantangan sosial serta membuka kesadaran dalam menciptakan inovasi yang relevan, adaptif dan lebih bertanggung jawab,” tutup Prof. Wawan.

(ish)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *