KEJARNEWS.COM,Depok. | Dalam semarak tradisi khas lebaran Depok yakni kegiatan Ngaduk Dodol, Wali Kota Depok Dr Supian Suri menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, dan warga yang ikut ambil bagian dalam kegiatan.
“Terima kasih kepada semua yang telah berkolaborasi dalam kegiatan ini. Lebaran Depok bukan hanya tentang dodol, tapi juga tentang kekayaan kuliner seperti semur, tumis kacang panjang, hingga ikan asin yang disajikan dengan ‘jaket’ menu-menu yang telah menjadi identitas kuliner masyarakat Depok,”ungkap Walikota Depok Dr.Supian Suri
“Kita ingin Lebaran Depok ini tidak hanya milik orang Betawi Depok saja, tapi menjadi milik semua masyarakat Depok. Kita adalah keluarga, dan tradisi ini harus kita jaga bersama,”harapnya.
Lebih lanjut, Wali Kota berharap agar ke depan, kegiatan seperti Ngaduk Dodol ini dapat melibatkan lebih banyak pihak dan menjadi event tahunan yang tidak hanya bertujuan untuk melestarikan tradisi, tetapi juga membawa manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi warga Depok.
“Kegiatan ini mengajarkan kita bahwa membangun kota bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga semangat gotong royong yang terwujud lewat kegiatan budaya. Dodol, teng-teng, atau sajian lainnya hanyalah simbol. Intinya adalah kebersamaan,” pungkasnya.
Wali Kota juga menyampaikan bahwa kegiatan Lebaran Depok sudah berjalan selama lima tahun terakhir dan terus dievaluasi agar menjadi momen budaya tahunan yang inklusif.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM) Kota Depok, M. Thamrin menjelaskan,”bahwa tradisi Ngaduk Dodol adalah bentuk gotong royong masyarakat Betawi Depok, di mana dodol dibuat secara bersama-sama, mulai dari persiapan bahan hingga proses pembuatannya.
“Ini bukan sekadar membuat makanan, tapi mencerminkan nilai kebersamaan. Bahkan, dalam tradisinya, warga biasa saling menyumbang bahan seperti beras dan gula sebagai bentuk partisipasi,”ungkapnya.
Diterangkannya , bahwa home industry dodol sudah tersebar di berbagai wilayah Depok seperti Sawangan, Cilodong, dan Tapos. Dodol-dodol ini bahkan sudah dipasarkan hingga Jakarta, termasuk untuk acara Lebaran Betawi di Monas.
Soal kualitas, Thamrin menegaskan ,” bahwa dodol Betawi Depok punya ciri khas tersendiri. “Gulanya pakai gula aren, santannya dari kelapa parut, dan ketannya ditumbuk manual dengan lumpang. Ini yang membuat rasanya khas dan bahannya premium, meskipun pembuatannya tradisional,”tuturnya.
Namun, ia juga mengakui tantangan dalam hal daya tahan dodol Depok yang belum sekuat dodol dari daerah lain seperti Garut. Saat ini, DKUM Depok memfasilitasi pelatihan, pengemasan, digital marketing, serta perlindungan hak kekayaan intelektual (HaKI) untuk UMKM dodol agar mampu bersaing dan berkembang secara berkelanjutan.
“Untuk modal berupa uang belum bisa, tapi kita fasilitasi pelatihan, perizinan, hingga sertifikat halal dan HaKI. Kedepan, Pemerintah Kota Depok berencana membuat agenda bulanan bertema kuliner lokal. Salah satunya, festival dodol dengan berbagai varian rasa seperti dodol belimbing.Dodol belimbing sudah ada, tapi masih bertahan sekitar seminggu. Tantangannya sekarang adalah membuat dodol Depok bisa bertahan hingga dua bulan,” harap Thamrin.
Senada dengan itu, anggota DPRD Kota Depok Hamzah SE , menyoroti nilai historis Ngaduk Dodol yang sudah menjadi bagian dari tradisi masyarakat sejak zaman orang tua mereka.
“Zaman dulu, orang-orang ngaduk dodol itu rame-rame di kampung, di bawah pohon, di belakang rumah. Dan dulu mereka juga patungan beli daging buat Lebaran, karena makan daging itu hal istimewa. Nilai kebersamaannya luar biasa, dan ini yang harus terus dilestarikan,” ungkap Hamzah.
Sebagai Ketua Komisi B, Hamzah juga menyampaikan akan mendorong kuliner khas seperti dodol dan geplak masuk dalam sektor UMKM unggulan di Depok. “Saya akan dorong agar produk kuliner ini bisa dikembangkan secara serius, termasuk dipasarkan lewat program-program pemerintah dan acara resmi DPRD,” jelasnya.
(ish)